Facebook Badge

Sabtu, 05 September 2009

BUKU


Judul : United We Brand
Penerbit: esensi
Penulis : Mike Moser
Terbit : 2008
Tebal : 156 Halaman

Peperangan merek dagang dan penguasaan konsumen kini sedang terjadi di hadapan kita setiap hari. Perang mereka sangat dahsyat. Miliar rupiah dihambur-hamburkan.
Paling nyata dan selalu ada peperangan itu, bisa dilihat bagaimana gencarnya operator seluler beriklan. Di setiap media, di setiap ruang kehidupan kita. Satu lagi, yang terus seperti tak ada jeda, produk rokok -walau menurut ilmu kesehatan rokok sumber penyakit.
Buku ini ditulis oleh orang yang pernah terlibat dalam peperangan merek dagang yang dahsyat. Sekedar menyebutkan, ia ikut ambil bagian perang merek dagang Apple melawan IBM, Reebok melawan Nike, dell melawan IBM dan Compaq, California Cooler melawan Seagram dan Gallo.

Atas pengalaman itu, ia menuliskan banyak kiat pada buku ini. Terutama dalam menciptakan merek, untuk didengar, dilihat dan diingat.
Branding adalah sebuah serangan dalam perang di dunia industri guna meraih simpati yang abadi, loyalitas konsumen. Pada titik akhirnya adalah keuntungan besar dari produk atau pun layanan yang sudah diperkenalkan tersebut.
Melihat kenyataan di atas, maka tidaklah heran jika ada pendapat, aset triliunan secara fisik tidak ada artinya dari pada brand yang sudah dikenal publik. Misalnya, harga merk Coca-Cola lebih besar dari pada asset yang dimiliki perusahan besar tersebut.
Lalu bagaimana Mike Moser memaparkan pentingnya menciptakan merk agar cepat dikenal, didengar, diingat? Dikatakannya, perlu Lima Langkah untuk Memiliki Sebuah Merek yang unik. Yaitu, nilai merk inti, pesan merk, kepribadian merk, icon merk, dan peta jalan merk.
Secara detail penulis buku ini memaparkan persoalan seputar merk. Pengenalan internal perusahaan, diperensiasi produk, dan cepatnya moment brand diperkenalkan.
Berbeda dengan tahun 80-an, ketika saluran informasi masih bisa dihitung dengan cari di setiap kota, maka menghembuskan sebuah perubahan brand bisa cepat, tetapi kondisi sekarang, teknologi informasi mengalami loncatan yang sangat dahsyat, maka dalam memperkenalkan merk secara cepat dan lugas butuh kesederhanaan yang cepat ditangkap publik.
Langkah pertama sebenarnya adalah mendudukkan secara filosofis pijakan dari semua hal yang menjadi turunan dari inti. Tanpa serangkaian inti yang jelas, maka fondasi akan sangat rapuh. Lalu sangat mudah menjadi “orang lain” dalam diri sendiri. Oleh karenanya, Nilai Inti haruslah mampu bicara lebih keras dari pesan apa pun yang pernah terdengar oleh tim internal. Lalu menumbuhkannya menjadi tekad dan ideologi. Hal inilah nantinya akan menjadi sikap dan kinerja.
Aplikasinya ada pada merk. Merk adalah sebuah pesan pribadi. Pribadi seperti apa yang akan di tanamkan kepada produk, itulah merk. Pada merk, melekat inti kepribadian yang terurai. Dapat diartikan dalam tiga menit pertama memperkenal produk kepada konsumen.
Icon merk tempat dimana pesan merk dan kepribadian merk ditumpangkan. Di sanalah bisa dilihat bagaimana warna, tipografi, pengisi suara, logo, layout dan musik ditempelkan.
Bila semua elemen ini disampaikand engan cara yang konsisten dan kohesif, maka kita telah meletakkan fondasi untuk menciptakan merk sukses yang bertahan dalam jangka panjang. (hal. 133).
Bagaimana bisa merk membangun loyalitas? Produk dibuat di pabrik, brand ditanam di otak, sedangkan loyalitas tumbuh di hati. Jalannya adalah branding dengan iklan. Di sini kreatifitas dituntut untuk memperlihatkan positioning produk. Sebagai catatan penting dalam sebuah pengenalan merk paling elegan adalah: tidak pernah mengumbar janji, tidak menyombong diri, tidak elitis, sok dan bebal, tidak berdusta, tidak mengekor kompetitor, tidak jauh dari kegembiraan, mudah dimengerti, memiliki pendirian, menumbuhkan gagasan baru.

Buku ini memberikan pemahaman tentang brand yang mesti hidup bernapas seperti layaknya manusia, dengan demikian ia diperkenalkan kepada manusia sebenarnya. Selamat membaca.

0 komentar: